Hidup ini banyak memberi kita pengalaman, tergantung apakah kita mau mempelajarinya...!


26 Juni 2022

WAHAI PARA GURU, MENULISLAH...

 

Hari-hari belakang ini, kita sebagai seorang guru terlalu disibukkan dengan dahsyatnya gelombang arus informasi yang tak dapat dibendung lagi. Sampai-sampai kita bingung sendiri apakah informasi yang berseliweran ini benar atau tidak, apakah ini sesungguhnya atau hoaks. Dan ini semua adalah berita dari sosmed apa itu facebook, instagram, twitter, grup WA, yang anehnya kita selalu mau berjam-jam untuk membaca dan

mendengarkan yang kadang-kadang kita sendiri tahu bahwa itu tidak penting. Kadang tugas wajib pun bisa terbengkalai hanya karena waktu demi waktu yang kita lalui habis untuk bersilaturahmi dengan sosmed tersebut.

Salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab juga sampai sekarang, kenapa untuk hal yang demikian kita betah berjam-jam padahal kita tahu kalau itu belum tentu kebenarannya. Tak disangkal lagi memang minat baca guru-guru sekarang sudah meningkat tetapi baru sebatas sosmed, minat menulis juga boleh dikatakan ada peningkatan namun baru sebatas berkeluh kesah di sosmed. Hampir semua kita punya waktu dan tenaga serta semangat untuk menshare berita-berita hoaks. 

Asumsi sementara kenapa kita mau melakukan ini semua adalah karena minat baca kita sangatlah kurang. Padahal kita tahu bahwa membaca itu adalah jendela dunia. Dan kita juga tahu kalau guru harus mengajar ilmu yang kekinian. Namun kita jarang mau untuk melakukannya. Apalagi kalau guru sudah berumur dan mendekati pensiun. Mereka masih berkutat dengan materi-materi yang dipelajari saat kuliah dulu sedangkan teknologi itu terus berkembang. Setiap hari ada saja teknologi baru tercipta. Malah penelitian terakhir menyebutkan setiap 2 jam terciptalah teknologi baru di dunia ini.

Selain membaca, guru sekarang ini juga kurang dalam menulis. Mungkin karena hal tersebut salah satu syarat untuk naik pangkat bagi guru adalah menulis. Pemerintah sudah memikirkan hal tersebut sehingga memaksa guru untuk menulis, tetapi tidak juga dilakukan dengan berbagai macam alasan.

Kurangnya kemampuan membaca bagi para guru akan membuat kita menjadi pribadi yang homogen, sehingga ilmu yang kita perdapat hanya sebatas itu-itu saja, tak ada perkembangannya. Ilmunya monoton sehingga apa yang diharapkan oleh kurikulum tidak akan tercapai. Tidak disyaratkan memang kalau guru itu harus lebih pintar dari siswanya, tetapi minimal guru bisa sedikit banyaknya ada ilmu tentang teknologi terkini. Karena intinya dalam proses pembelajaran guru tidak boleh hanya memberikan metode ceramah saja sehingga siswa hanya dapat ilmunya monoton dari satu orang guru saja. Guru harus bisa jadi motivator, guru harus bisa mengarahkan siswa agar tidak salah dalam mengarungi dunia pendidikan.

Selain kemampuan membaca, kemampuan menulis pun harus dimiliki. Membaca dan menulis ini sejalan. Menulis salah satu cara untuk mengikat apa yang kita baca. Terkadang apa yang dibaca itu akan berlalu saja. Tetapi dengan dituliskan, kita akan ikat sehingga kapanpun ingat kembali tentang tulisan itu, tinggal buka ikatannya alias dibaca lagi.

Membaca dan menulis ini suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia pendidikan. Ini harus dijadikan pembiasaan untuk guru. Umumnya guru-guru yang sudah berumur memang akan kesulitan, tapi kita ingat kata pepatah “tidak ada kata terlambat”, yang diperlukan hanya kemauan dan latihan. Walaupun kemauannya tinggi, tetapi tidak diiringi dengan latihan, yakinlah tidak akan berhasil. Begitu juga sebaliknya, walau dengan latihan yang banyak tetapi tidak dengan kemauan, hasilnya juga tidak akan ada. Jadi sebelum memulai latihan, sebaiknya kita harus punya kemauan yang tinggi.

Pernah salah seorang dosen waktu kuliah dulu menyarankan agar tumbuh minat baca dan menulis ini pada diri seseorang adalah dengan latihan secara kontinu. Dan jangan pernah di tumpuk. Lakukan misalnya membaca cukup 15 menit satu hari. Lakukan hal tersebut secara kontinyu. Jangan anda pernah menumpuknya. Misalkan anda dua hari tidak membaca, dan hari ke 3 anda membaca selama 15 x 3 = 45 menit. Itu salah.. karena jika anda melakukan hal yang demikian, minat baca tersebut tidak akan tumbuh di sanubari. Jadi lakukanlah setiap hari. Untuk pertamanya baca apa saja yang anda suka, seperti koran, komik, novel dan lain sebagainya.

Begitu juga dengan menulis, lakukan menulis 30 menit sehari. Banyak media yang bisa kita lakukan untuk menulis ini. Umumnya kita sudah punya smartphone. Ini bisa dijadikan media untuk menulis. Apalagi sekarang ini fasilitas di google, seperti google document yang kita tidak perlu lagi untuk mengetik dengan jari. Cukup dengan ngomong saja dan apa yang kita bicarakan akan langsung tertulis di google Document tersebut. Untuk mengeditnya, baru kita gunakan keyboard. Yang lebih powerfull lagi fasilitas google ini, apa yang kita ketik langsung tersimpan di google drive, hingga nanti kita bisa mengeditnya dengan komputer atau laptop yang kita punya.

Dengan kemampuan tulis baca yang dimiliki oleh guru, tak ayal lagi, guru akan semakin berwibawa di tengah siswanya bahkan akan disegani di tengah masyarakat, karena mempunyai ilmu yang segudang. Dimana kita tahu sekarang ini banyak guru yang kehilangan wibawanya karena siswa jauh lebih pintar dari guru sedangkan guru tidak bisa menjadi sebagai motivator untuk siswanya.

Jadilah guru yang sebenarnya guru dengan mulai banyak latihan, latihan dan latihan, sehingga guru memang dapat menjadi suri tauladan bagi siswa dan masyarakat dimana dia berada.


Share:

0 comments:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Kab. Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia
Salah seorang staf pengajar di sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Guguk pada jurusan Otomotif dan Teknologi Informatika

Daftar Blog Rekan-rekan